“Mbah pernah pingsan sampai digotong orang lain. Setelah itu mbah kemana-mana bawa obat tapi hari ini nggak bawa karena belum ada uangnya untuk beli lagi” ucap Mbah Samin.
***
Di saat perantau lain mulai bersiap untuk pulang kampung saat lebaran nanti, Mbah Samin cuma bisa menetap sambil terus bekerja sebagai pemulung. Tak peduli usianya 80 tahun masih nekat keliling naik sepeda tua mengumpulkan sampah plastik bekas.
Tubuh rentanya tak bisa bohong, mudah lemas ketika diterpa matahari yang sangat terik. Sampai dehidrasi hingga pingsan pernah dialami juga oleh Mbah Samin. Tapi mau bagaimana lagi, kalau nggak kerja nanti tidak ada sampah yang bisa dijual.
Saat sampah yang terkumpul sudah bisa untuk ditimbang, Mbah Samin biasanya terima Rp25 Ribu. Upah itu dihemat untuk makan berhari-hari, kalau masih dibagi lagi untuk periksa ke dokter dan beli obat sebenarnya nggak cukup.
Sampai sekarang mbah nggak tahu apa penyakitnya. Kalau merasa pusing di jalan cuma bisa pasrah mlipir ke pinggir untuk duduk sebentar sambil minum air putih.
Di tempat tinggalnya yang mirip gubuk, mbah diliputi ketakutan “Kalau nanti meninggal di perantauan, siapa yang mau tolong?” kata Mbah Samin.
Sahabat, di penghujung usianya Mbah Samin berhak merasakan kehidupan yang lebih layak dan diberi kesempatan untuk bertemu kembali dengan keluarganya. Bantu patungan dengan cara:
Tak hanya mendoakan dan berdonasi, saudara-saudara juga bisa membagikan halaman galang dana ini agar semakin banyak yang turut menemani perjuangan Dek Nata.
Galang dana ini juga diperuntukkan oleh penerima manfaat lansia Yayasan Dompet Sosial Madani.
Menanti doa-doa orang baik